26 Desember 2004, tepatnya 7 tahun yang
lalu telah terjadi gempa bumi yang meluluhlantakkan tanah Aceh. Gempa
yang terjadi pada waktu itu dan berkekuatan 9,3 skala richter merupakan
gempa bumi terdahsyat dalam kurun waktu 40 tahun terakhir ini.
Saya yang menjadi saksi hidup peristiwa dahsyat itupun saat ini masih teringat betul bagaimana ombak raksasa yang meluluh lantakkan bumi Serambi Mekkah ini. bagaimana orang-orang yang berlarian, teriakan, tangisan anak-anak dan sebagainya masih membekas di ingatan saya seakan itu baru terjadi kemarin.
tapi, untunglah, dunia tidak hanya diam dan melihat saja bagaimana penderitaan rakyat aceh saat itu. Puluhan ribu relawan dari seluruh dunia langsung bergerak menuju aceh untuk tujuan kemanusiaan hanya dalam hitungan hari. tanpa bertele-tele, mereka langsung mengevakuasi korban, membersihkan puing-puing dan mendirikan tempat pengungsian darurat. bahkan mereka langsung meng-stok obat-obatan dalam jumlah besar dan menyebarkannya ke seluruh korban.
bualn-bulan pun berlalu, masyarakat Aceh muali berusaha untuk bangkit sendiri. mereka mulai membuka usaha-usaha kecil guna menumbuhkan kembali ekonomi mereka yang masih hancur saat itu. Meskipun kehidupan mereka masih berlangsungdi barak-barak pengungsian, mereka tetap tidak menyerah guna membangun kembali kehidupan mereka .
15 agustus 2005, kehidupan masyarakat aceh tampaknya akan semakin membaik dengan tidak adanya konflik lagi.pada tanggal itu, utusan-utusan dari dua negara, Finlandia, Indonesia dan GAM telah menandatangani kesepahaman berupa MoU perdamaian antara pemerintah Indonesia dan GAM guna menyelesaikan konflik selama 30 tahun di Aceh. Masyarakat Aceh pun akhirnya dapat beraktifitas kemnbali pada malam hari setelah sebelumnya dibayang-bayangi ketakutan akan kontak senjata. Senyum masyarakat aceh semakin terbuka membayangkan masa depan yang bebas akan konflik
Masyarakat aceh pun tentu saja ingin agar tragedi itu menjadi suatu kenangan agar generasi-generasi selanjutnya pun dapat mempelajari sejarah Aceh serta meningkatkan kesadaran akan kesiapan bencana alam. oleh karena itu, dibangunlah Museum Tsunami aceh yang terletak di komplek Blang Padang. Museum ini dipersembahkan untuk mengenang para syuhada dalam Tsunami aceh. Nama para syuhada tersebut akan diabadikan pada cerobong besar di dalam museum. Museum ini juga akan menjadi tempat perlindungan utama kalau-kalau terjadi lagi Tsunami karena konsep dari museum ini adalah sebagai tempat perlindungan dari bencana.
Begitulah, 7 tahun telah berlalu, tepat pada hari ini, ribuan masyarakat aceh berziarah ke makam para kerabatnya yang menjadi Syuhada dalam peristiwa tersebut. ada juga yang berziarah ke kuburan massal dikarenakan mereka tidak tahu dimana kerabatnya dimakamkan. pembangunan pun semakin ditingkatkan. masyarakat serta pemerintah Aceh pun berharap, Aceh kelak akan menjadi contoh bagi negara-negara lain dalam kesiapan menghadapi bencana.
Terus tersenyum aceh, jangan biarkan ada darah dan airmata lagi yang jatuh, membasahi Bumoe Seuramoe Mekah ini, Tanah Rencong, Bumi para pahlawan, dan para Syuhada. biarlah mereka menjadi para ahli syurga di hadapan lahi nanti. Terus tersenyum Aceh.... :') SeeUNexTime
Bagus artikel nya B-)
BalasHapusthx ya :)
BalasHapussaya yakin tsunami bukan karena Tuhan.
BalasHapusTuhan hanya memberi cobaan dan peringatan kepada rakyat Aceh....
Hapussebenarnya semua tergantung kepada bagaimana manusia itu mensyukuri apa yang telah berikan,,,